Perilaku Toxic Parenting, Penyebab & Cara Menghindarinya

Alta - Pengasuhan Anak - Perilaku Toxic Parenting yang Berbahaya untuk Masa Depan Anak-04

Toxic parenting adalah pola asuh orang tua yang berdampak buruk pada perkembangan fisik dan mental anak. Kenali penyebab, cara menghadapi, dan tanda-tandanya sebelum terlambat!

Orang tua memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengasuh dan mendidik anak. Namun, tidak jarang, ada orang tua yang tidak menyadari bahwa pola pengasuhan mereka memiliki dampak buruk terhadap anak. Nah, hal seperti ini dikenal dengan toxic parenting.

Apakah Anda sudah pernah mendengar istilah toxic parenting? Jika belum, mari kita simak definisi, ciri-ciri, penyebab, dan cara mengatasinya!

 

Apa itu Toxic Parenting?

Toxic parenting adalah suatu pola pengasuhan yang keliru dan tanpa sadar bisa melukai psikologis anak. Pola pengasuhan ini seringkali dilakukan oleh orang tua yang umumnya kasar, kurang dewasa, atau mempunyai gangguan mental. Orang tua yang melakukan hal tersebut, biasanya dulu juga mengalami toxic parenting, atau pola pengasuhan yang salah dari orang tuanya. Akan tetapi, ada juga toxic parenting yang dilakukan oleh orang tua normal, yang tanpa sadar telah menjadi ‘racun’ untuk psikologi anaknya.

Disamping itu, ada juga yang mengartikan toxic parenting sebagai bentuk perilaku orang tua yang tidak memperlakukan anaknya dengan baik, yang mana dapat menyebabkan anak merasa ketakutan, bersalah, atau juga merasa harus berperilaku yang sangat patuh pada orang tuanya.

 

Baca juga: Tahap Perkembangan Sosial Emosional Anak dan Tips Mengajarkannya

 

Tanda atau Ciri Ciri Toxic Parenting

Nah, setelah Anda paham dengan toxic parenting, selanjutnya ada 5 perilaku toxic parenting yang dapat berbahaya untuk masa depan anak.

1. Memberikan Pujian yang Berlebih

Memberikan pujian pada anak memanglah suatu hal yang harus Anda lakukan, agar anak merasa diakui atas usaha dan pencapaiannya. Memberikan pujian dapat membantu meningkatkan motivasi anak untuk berusaha lebih maksimal. Namun, memberikan pujian terus menerus yang terkesan berlebihan, seperti memuji meski hasil pekerjaan anak sangat sederhana, ini bukanlah hal yang baik.

Anak-anak yang terbiasa mendapatkan pujian hanya atas prestasi yang Ia dapatkan, bukan karena usahanya, bisa membuat Ia menghalalkan segala cara untuk mengembangkan keberhasilan, seperti dengan menipu, berbohong, dan bahkan mencuri.

 

2. Melindungi Anak dengan Berlebihan

Terlalu melindungi anak dari segala sesuatu, dapat memberikan efek buruk di masa depannya. Memang, pada dasarnya tidak ada orang tua yang ingin melihat anaknya susah, kesakitan ataupun gagal.

Namun, anak yang kurang pengalaman dalam menghadapi masalah dan kegagalan, bisa mendapatkan kesulitan ketika menghadapi tantangan di usia remaja dan dewasa. Ia mungkin dapat menghindar atau menyuruh orang lain untuk menyelesaikan masalah yang Ia alami. Nah, terlalu sering menghindari masalah, nantinya  dapat juga memicu depresi, dan kecemasan.

 

3. Memberikan Tanggung Jawab Tidak Sesuai Usia Anak

Banyak orang tua yang ingin mengajarkan anaknya tentang tanggung jawab. Namun, Anda perlu berhati-hati dalam hal tersebut. Sebab, memberikan tanggung jawab haruslah sesuai usia dan kemampuan anak. Jika tidak, ini bisa memberikan efek buruk terhadap perkembangan anak.

Anak-anak sebaiknya jangan diberi tanggung jawab atas pengambilan keputusan, atau tugas lain yang seharusnya menjadi milik orang dewasa, seperti hal yang berkaitan dengan finansial, atau pekerjaan rumah tangga yang berat.

Jika Anda memaksa memberikan tanggung jawab yang tidak sesuai dengan kemampuan anak, maka anak kurang percaya kepada orang tua dan bisa menunjukkan rasa tidak aman yang signifikan pada orang tuanya. Selain itu, pemberian tanggung jawab yang tidak sesuai dengan usia, dapat membuat anak memiliki rasa takut, kecemasan, dan juga anak dapat mempertanyakan kemampuan figur otoritas untuk memimpin.

 

4. Menuntut Anak Mewujudkan Cita-Cita Orang Tuanya

Hal ini cukup sering terjadi, di mana beberapa orang tua merasa dulu pernah merelakan mimpinya karena berbagai faktor. Lalu, mereka berusaha untuk kembali mewujudkan mimpi tersebut melalui anak-anaknya. Meskipun ini bertujuan untuk memberikan masa depan yang baik untuk anak, namun bukan berarti mimpi tersebut sesuai dengan keinginan anak, dan bukan kewajiban anak untuk mewujudkan mimpi orang tuanya.

Meskipun kadang beberapa anak ada yang akhirnya tertarik dan menjalani cita-cita orang tuanya, namun tidak jarang ada juga anak yang akhirnya tidak dapat menerima identitas dirinya, serta kesulitan dalam mencapai keinginannya. Hal terburuknya, anak juga dapat kehilangan impiannya di masa muda, seperti yang telah dialami oleh orangtuanya.

 

5. Mengancam Anak

Saat anak tidak patuh dan menuruti perintah orang tua, kadang Anda tidak sadar tergoda untuk mengatakan hal-hal yang mengancam, seperti “Jika kamu tidak menurut, kamu akan mama tinggalkan”.

Memberikan ancaman pada anak, seperti menakut-nakuti atau rasa malu, bisa menjadi hal yang berbahaya. Jika anak tumbuh dengan ketakutan dan ancaman, Ia bisa mengalami kesulitan untuk berpikir sehat dan bermoral. Daripada membuat keputusan sesuai kompas moral yang berdasarkan kebenaran, anak justru lebih cenderung mengikuti pilihan orang lain. sebab, ia merasa takut dengan pilihannya, yang Ia pikir mungkin bisa memberikan efek buruk suatu saat nanti.

 

Baca juga: Pentingnya Mengajarkan Otoritas Tubuh pada Anak Usia Dini

 

Penyebab Toxic Parent

Toxic parenting dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berbeda, namun semuanya memiliki dampak yang merugikan pada perkembangan anak. Pola asuh toxic parenting ini sering kali dipicu oleh gangguan mental atau trauma orang tua di masa lalu. Penyebab yang paling umum adalah pengalaman pribadi yang traumatis atau masalah pribadi tertentu yang dialami oleh orang tua, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan kepribadian. Orang tua yang mengalami hal ini mungkin sulit untuk mengelola emosi dan perilaku mereka dengan efektif, sehingga mereka bisa menjadi orang tua yang toksik.

Misalnya, masa kecil orang tua yang mendapatkan pola asuh tidak benar dari orang tuanya dahulu. Orang tua jadi memiliki traumatis yang dibawanya sampai sekarang. Luka lama yang belum sembuh tersebut bisa memicu pola asuh toxic yang diterapkan mereka pada anaknya sekarang. 

Walaupun dengan dalih kasih sayang dan cinta, namun perilaku toxic parenting ini tidak baik untuk dilakukan. Hal ini akan menyebabkan anak terluka secara mental dan emosional serta dapat mempengaruhi karakter mereka di masa depan.

Kurangnya dukungan sosial juga dapat memengaruhi cara orang tua membesarkan anak-anak mereka. Orang tua yang merasa terisolasi atau tidak memiliki dukungan sosial yang memadai mungkin merasa stres atau tertekan, dan hal ini dapat memengaruhi cara mereka membesarkan anak-anak mereka dengan cara yang tidak sehat.

Harapan yang tidak realistis juga bisa menjadi penyebab toxic parenting. Orang tua yang memiliki harapan yang tidak realistis terhadap anak-anak mereka, seperti mengharapkan mereka untuk menjadi sempurna atau mencapai standar yang terlalu tinggi, mungkin menempatkan tekanan yang tidak sehat pada anak-anak mereka.

Trauma masa lalu, seperti kekerasan atau pelecehan seksual, juga dapat menjadi penyebab toxic parenting. Orang tua yang pernah mengalami trauma seperti ini mungkin kesulitan untuk mengelola emosi mereka dan dapat mengekspresikannya dengan cara yang tidak sehat terhadap anak-anak mereka.

Ketika orang tua berperilaku toxic, hal ini dapat berdampak negatif pada perkembangan emosional dan psikologis anak-anak mereka. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk menyadari perilaku mereka dan berusaha untuk memperbaikinya agar dapat memberikan lingkungan yang sehat dan positif bagi anak-anak.

 

Baca juga: Mengenal Metode Montessori, Membebaskan Anak untuk Memilih Minat dan Bakatnya

 

Cara Menghadapi Toxic Parent

Menghadapi kenyataan bahwa Anda sebagai orang tua yang mungkin telah melakukan perilaku toxic terhadap anak-anak bisa sangat sulit, namun ada beberapa cara yang dapat membantu dalam mengatasi situasi ini:

1. Akui dan terima

Pertama-tama, akui dan terima bahwa ada masalah perilaku yang perlu diubah. Hal ini akan membantu Anda untuk memulai proses perbaikan.

2. Cari bantuan profesional

Meminta bantuan dari seorang profesional seperti terapis atau konselor dapat membantu Anda memahami perilaku Anda dan cara memperbaikinya.

3. Berbicara dengan anak-anak

Cobalah untuk membicarakan situasi ini dengan anak-anak Anda dan meminta maaf atas perilaku yang mungkin telah merugikan mereka. Berbicara dengan mereka tentang apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki situasi juga bisa membantu.

4. Mempelajari cara baru

Belajar cara yang lebih sehat dan efektif dalam membesarkan anak-anak Anda dapat membantu dalam mengubah perilaku toxic parenting.

5. Berkomitmen untuk perubahan

Terakhir, berkomitmen untuk melakukan perubahan yang positif dan mengikuti saran dari profesional dapat membantu Anda dalam mencapai hasil yang diinginkan dan memperbaiki hubungan dengan anak-anak Anda.

Itulah perilaku toxic parenting, penyebab, hingga cara mengatasi yang harus Anda perhatikan dalam mendidik dan mengasuh anak. Agar anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang baik, cobalah untuk terus mempelajari tentang cara parenting yang baik untuk anak. 

Nah, di samping parenting yang Anda lakukan sendiri, Anda juga bisa membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, dengan mendaftarkannya pada Altaschool. Alta School adalah homeschooling online dengan kurikulum K-13 yang diperuntukkan bagi anak di tingkat PAUD hingga SMA.

Alta School telah menyediakan berbagai fasilitas belajar yang adaptif, yang bisa menggali potensi, kreativitas serta minat anak dengan maksimal. Fasilitas belajar yang didapatkan jika berlangganan antara lain adalah Home-Based Project, Pendidikan Karakter, Live Teaching, Kelas Tambahan, dan lain sebagainya. 

CTA Blog Alta School

Sumber:

Amicis. (2021), ‘Toxic Parenting: Pengertian, dan Ciri-Ciri yang Menjelaskannya’, Prenagen.com, [daring] Available at: https://www.prenagen.com/id/apa-itu-toxic-parenting

Garnistia. E. (2021), ‘Kenali Toxic Parenting dan Tanda-Tanda yang Membahayakan Anak’, Brainacademy.id, 26 Januari 2021 [daring] Available at: https://www.brainacademy.id/blog/kenali-toxic-parenting-dan-tanda-tanda-yang-membahayakan-anak

Rompies, J.K. (2021), ‘9 Perilaku Toxic Parenting yang Mengancam Masa Depan Anak’, Popmama.com, 28 November 2021 [daring] Available at: https://www.popmama.com/big-kid/6-9-years-old/jemima/perilaku-toxic-parenting-yang-dapat-diwariskan-pada-anak/8

Sumber Gambar: 

Orang Tua Memarahi Anak [daring]. Available at: https://doktersehat.com/psikologi/ciri-ciri-toxic-parents-yang-berdampak-buruk-bagi-mental-anak/

Orang Tua Melindungi Anak Berlebih [daring]. Available at: https://tirto.id/kebiasaan-untuk-membangun-kedekatan-dengan-anak-peluk-dengarkan-ewDG

Orang Tua Memaksa Anak [daring]. Available at: https://www.orami.co.id/magazine/apa-yang-harus-dilakukan-ketika-anak-melawan-perkataan-moms/

Adya Rosyada Yonas